Pages

Monday, September 16, 2013

Batu Apung

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat.

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.

Air Laut

Air laut adalah air dari laut atau samudera. Sebagaimana halnya sifat air murni maka air laut pun mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih banyak kandungan air laut berupa : 96,5 % air murni dan 3,5% zat terlarut. Zat terlarut tersebut meliputi garam-garam anorganik, senyawa- senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl).


Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.


Sunday, September 15, 2013

Bulu Babi

Bulu Babi (Diadema) merupakan hewan asosiasi terumbu karang yang sangat unik dan berbahaya, hal ini karena bentuk tubuhnya yang berduri runcing serta berbisa, walaupun tidak mematikan, bisa yang dihasilkan diadema cukup untuk membuat kita meringis seharian. secara tradisional, para nelayan yang tertusuk duri diadema menanganinya dengan disirami air seni karena mengandung amonia.


Gonad bulu babi sebagai organ reproduksi merupakan timbunan protein berkualitas tinggi yang kaya akan asam-asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dari hasil analisa kualitatif gonad bulu babi Diadema setosum diketahui bahwa dalam gonad tersebut ditemukan lima asam amino esensial bagi orang dewasa yaitu lisin, metionin, fenilalanin, threonin, dan valin. Dua asam amino esensial bagi anak-anak yaitu arginin dan histidin. Dan juga ditemukan asam amino esensial lain yaitu asam aspartat, asam glutamat, glisin, serin. Beberapa jenis asam amino yang terkandung dalam gonad bulu babi sangat berperan dalam karakterisasi rasa spesifik gonad bulu babi Jenis-jenis asam amino tersebut adalah glisin, valin, alanin, methionin, dan asam glutamat. Selain itu pula nukleotida dari jenis IMP (Inosin Mono Phosphat) dan GMP (Guanosin Mono Phosphat) juga ikut memengaruhi karakterisasi rasa gonad bulu babi, terutama dalam pembentukan rasa ”umami”, yaitu rasa khas seperti golongan daging. 

Pinang

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah PasifikAsia dan Afrika bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang.  Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu.

Ciri dari tanaman pinang sendiri pohon tegak tidak bercabang, batang langsing dan daun lepas. Bentuk daun pinang roset batang dan pelepah daun bentuknya tabung. Tongkol bunga mudah lepas atau rontok dari roset batang, bentuk buah pinang bulat telur sungsang panjang.

Kandungan kimia di dalam buah pinang antara lain: alcaloide (0,5%),  arecoline, arecolidine, arecaine, guvasine, isoguvasine, guvacoline, tannin (15,01%), kanji, resin dll.


Pinang memiliki sejuta manfaat. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar. Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.

Pasir

Pasir adalah contoh bahan material butiran. Pasir sendiri umumnya akan banyak ditemukan di daerah pesisir pantai. Setiap pantai memiliki kelembutan pasir yang berbeda-beda. Ada yang halus seperti bubuk dan ada yang kasar. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. 

Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena rongga-rongganya yang besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir juga penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen.



Sampai jumpa lagi

Jejak terakhirku akan tertinggal di tempat ini. Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda. Perjalanan empat hari ini menjadi perjalanan yang tak pernah akan kulupakan. Kenangan-kenangan yang kami semua lalui menjadi amat sangat berarti dan menyenangkan. Sedikit demi sedikit, langkah kaki ku semakin menjauh. Kuberpaling ke belakang untuk terakhir kalinya. Melihat sekitar sambil tersenyum haru.


Kata-kata terakhir yang dapat terucap oleh mulutku adalah "Selamat tinggal dan semoga kita dapat bertemu kembali di kemudian hari." Pada akhirnya, jejak kakiku pun hilang dalam terangnya cahaya lampu.

Detik-detik terakhir

Ku tak bisa tertidur lelap karena mengingat sudah hari terakhir. Jadi kuputuskan untuk bangun lebih awal dari biasanya dan bersantai di tandu berayun. Aku tidak merasa seperti diriku sendiri. Seseorang mendekat ke kamarku. Ternyata beliau adalah koordinator kami, Pak Suwandi. Ia menyuruhku untuk memberitahukan para temanku untuk berberes-beres karena satu jam lagi kita akan meninggalkan penginapan. Dengan suara berat, kusampaikan pesan tersebut. Apa boleh buat memang sudah menjadi akhir dari perjalanan ini.




Ini merupakan hari terakhir dan hari yang paling melelahkan. Pukul empat tepat pagi ini kami sudah meninggalkan penginapan dan menuju ke Banda Aceh. Cacing-cacing dalam perutku mulai berdebat. "Kapan kami akan dapat makanan?" Apa yang sedang kupikirkan muncul di hadapanku. Setidaknya kue tradisional dapat menjadi pengisi perutku untuk sementara. Begitu lahap di atas kapal. 


Hari terakhir bukan berarti semangat ku hilang. Justru semangat dalam diriku semakin berkobar. Seulas senyum yang begitu lebar terpancar di wajahku. Tempat wisata terakhir yang akan kami kunjungi adalah Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami dan tempat dimana saat terjadi tsunami ada sebuah kapal besar yang terdampar sampai ke daratan. Benar-benar luar biasa.








Saturday, September 14, 2013

Tak ingin kutinggalkan

Tidak ada kata kepuasan dalam diriku. Tentu saja, itu bukan hanya ada pada diriku namun semua orang. Hari ini akan kutenggelamkan diriku dalam lautan samudera di sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah barat laut pulau Weh. Mendengar namanya saja membuat ku terpesona. Apalagi, pulau ini terkenal akan keindahan dunia lautnya. Waktu demi waktu kumanfaatkan dengan sebaik mungkin. Agar memori ini dapat kusimpan, tak lupa kubawa kamera waterproof (tahan air).

Speed boat menjadi alat transportasi yang kami pilih. Dikarenakan agar cepat sampai ke tujuan. Kecepatan speed boat membuat rambutku yang indah ini menjadi seperti orang gila. Namun tak apa, karena sebentar lagi aku akan langsung menjerumuskan diriku dalam lautan. Baru saja kubertarung dengan ombak di atas speed boat, pulau nan indah telah berada tepat di mataku.


"Ayo cepat. Aku udah gak sabar ini." bujuk salah seorang temanku sambil menarik-narik tanganku. "Iya, santai.. santai.. aku juga udah gak sabar ni." balasku.

Kegiatan yang dapat dilakukan di sini adalah snorkeling, diving dan memancing. Aku tak begitu mahir dalam berenang. Jadi aku hanya akan snorkeling di sekitar pulau. Padahal ini merupakan kesempatanku. Persiapan sangat diperlukan. Mulai dari alat sampai cara-caranya. Semua kuikuti sesuai dengan syarat.

Kini aku pun siap menjelajahi dunia yang tak pernah kulihat sendiri sebelumnya.





Ku berjalan mundur setapak demi setapak. Kenapa mundur? karena sirip selam yang menutupi jari-jariku terasa amat sulit untuk berjalan maju. Mau tak mau, cara mundur menjadi pilihanku. Sebelum kujatuhkan diriku, tak lupa kuberdoa kepada Tuhan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Splash... Suara air yang keras terdengar begitu jelas. Kubuka kedua mataku yang dibaluti dengan kacamata snorkeling dan gelembung keluar dari mulutku. "Wow..."


Dunia bawah laut memang telah menaklukkan diriku. Separuh jiwaku telah hilang dalam lautan. Rasanya aku ingin tinggal di sini saja berteman dengan para spesies laut. Bebas berenang ke sana ke mari tanpa ada yang menghalang. Kucubit tangan kiriku, rasanya seperti mimpi namun tidak. Ini memang kenyataan yang tak dapat terelakkan. Ikan-ikan berenang melewatiku serasa ini memang duniaku. Terumbu karang begitu mengagumkan meskipun dalam keadaan diam.
Kuberfoto di tengah keramaian. Bukan keramaian orang tetapi aneka ragam spesies laut. Unik, cantik, manis itulah karateristiknya. Hal ini tak dapat kuungkapkan dalam kata-kata. Kalian harus melihat dengan mata kepala sendiri.









Malam ini merupakan malam terakhirku di sini. Rasanya seperti menutup sebelah matamu. Sedih? Sudah pasti. Isak tangis dalam hatiku tak kunjung berhenti. Tiba-tiba, salah seorang temanku merangkul sambil menepuk-nepuk bahuku. Seolah-olah, ia mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku. Rasa sedih pun hilang begitu saja. Berpikirlah positif karena suatu hari nanti aku akan kembali.

Friday, September 13, 2013

End Of Day 2

Kubuka kacamataku dan mendapatkan matahari sudah akan terbenam. Santai, hanya itu yang kurasakan saat ini. Burung-burung mulai berterbangan pulang. Suara ombak yang renyah membuatku tenggelam dalam lautan. Angin yang lewat mengibas rambut yang terikat menjadi terbuka. Perlahan-lahan, sang surya mulai menelenggamkan dirinya. "Sampai jumpa besok." ucapku sambil melambaikan tangan padanya tanpa sadar.


Inilah merupakan akhir yang sebenarnya dari perjalanan hari ini. Hari kedua pun berlalu. Harapanku adalah agar hari ketiga menjadi hari terindah bagi kami semua.




Seharian berjalan membuatku terus ingin melahap sesuatu. Kuputuskan untuk memakan mie. Makanan yang satu ini pasti sudah tidak asing. Mie selalu ada bagi orang berpergian jauh dari rumah. Praktis namun bergizi. Semua orang menyukainya.


Aku berpikir, "Sepertinya baru kemarin aku menatapmu, kenapa engkau sudah muncul lagi?" Sang rembulan hanya terdiam. Selama perjalanan, aku merasa hari ini sangatlah lama. Namun, saat kutatap rembulan, hari ini ternyata begitu cepat seakan seperti mesin waktu.


Tak kan ada yang kusesali karena setiap harinya amat berarti bagiku. Bukan hanya setiap hari. Setiap jam, menit, detik.

Nol Kilometer

Tugu Nol Kilometer

Tak lengkap rasanya perjalanan ke Sabang jika tidak berkunjung ke sini. Nol kilometer merupakan tempat dimana titik nol Indonesia berada. Dari kejauhan, aku dapat melihat sebuah patung di atas tugu tersebut. Satu per satu anak tangga kunaiki. "Posisi Geografis Kilometer 0 Sabang" itulah tulisan yang terukir di keramik. Sabang itulah awalnya sampai Merauke itulah akhirnya.


Kulirik tempat itu selama beberapa kali. Semua tempat yang kukunjungi hari ini akan selalu terekam dalam memori otakku yang terbatas.







Tercengang

Pantai Freddie's
"Kruk..kkrukk.." suara perutku terdengar begitu keras. Aku pura-pura melihat ke kanan dan ke kiri perut siapa yang sedang berbunyi. Walaupun itu diriku.


Kemarin, ku telah dipuaskan akan ketakjuban pantai Iboih. Tak cukup, kami pun pergi menuju sebuah bukit untuk makan siang. Dag dig dug, jantungku berdegup begitu cepat hari ini seperti singa yang sedang berlari. 


Terkejut, bahagia, kelepasan. Itulah yang kualami saat ini. Emosi terkejut akan keindahannya, bahagia atas kedatanganku yang tidak sia-sia dan kelepasan hidup dari Sabang yang menuntutku menuju jalan hidup yang baru.


Pantai sumur tiga atau yang lebih dikenal dengan sebutan pantai Freddie's memiliki nama yang unik disebabkan oleh pembagian tiga sumur air tawar. Warna biru muda yang terpapar di bawah sana menunjukkan betapa Tuhan amat baik dalam menciptakan alam semesta yang harus kita hargai. Waktunya makan siang. Aku tidak merasa seperti anak kota saat ini. Hal inilah yang telah kuimpikan. Makan di alam bebas dengan pemandangan yang eksotis. Paket kombo lengkap!



Petualangan Baru

Udara segar menusuk hidungku pagi hari ini. Begitu segarnya sampai-sampai aku tak sadarkan telah berdiri di depan pantai. Entah aku mimpi berjalan atau memang terbawa oleh suasana pagi hari ini di Sabang. Hari pertama telah kulewati dengan aman dan tenang. 3 hari ke depannya akan menjadi jauh lebih baik dari kemarin.


Pemandangan di Sabang memang tiada tandingannya dengan di luar negeri. Saat ini, Sabang telah menjadi salah objek wisata yang digemari turis mancanegara maupun lokal. Keindahan alamnya memukau semua mata yang memandang. Tidak salah kalau kami terus memotret. Apalagi kaum muda yang begitu gaul zaman ini akan terus meng-upload foto mereka ke situs online (atau yang terkenal dan dikenal saat ini, instagram) untuk berbagi cerita mereka. Cerita bukan hanya dapat melalui tulisan tetapi juga melalui media lainnya, salah satunya adalah gambar.


Petualangan telah tiba. Saatnya diriku untuk beraksi. Tujuan destinasi pertama kami adalah monumen dan tempat bersejarah yang ada di Sabang. Sabang memiliki banyak peninggalan sejarah saat terjadinya perang dunia ke-2. Aku suka sekali melihat peninggalan sejarah. Menurutku, dengan begitu, kita dapat mengetahui betapa susahnya para pahlawan berjuang untuk mempertahankan negeri ini.

Ku jinjing tas ranselku dengan tegas dan kuat. Kutegapkan seluruh badanku layaknya komandan tentara. Aku siap menghadapi apapun karena hari ini akan menjadi hari sekali dalam seumur hidupku.


Beberapa menit pun berlalu setelah menaiki mobil menuju ke tempat atau bisa lebih disebut dengan museum bebas peninggalan sejarah. Gua, tempat tinggal, atau benteng? Ku tak tahu bagaimana memberikan nama untuk peninggalan yang satu ini. "Itu Bunker Jepang." teriak salah seorang temanku. Bunker? Mungkin kebanyakan orang tidak tahu apa itu. Bahkan, diriku sendiri pun tak tahu. Lalu kubertanya pada paman Google. Oh, ternyata bunker itu dijadikan oleh orang Jepang sebagai tempat tinggal, tempat diskusi dan lainnya. Letaknya sendiri berada di bawah tanah namun tidak terlalu dalam.


Di dalam bunker Jepang

Rasa penasaran terus meledak-ledak dalam diriku. Ku pun berlari mencari tahu apa saja yang ada tertinggal di sini. Tiba-tiba, kudapatkan diriku terdiam sejenak melihat alat itu di depanku. Tentu saja, itu tidak dapat digunakan lagi. Besarnya tak tertandingi. Umur dari meriam itu sendiri pasti sudah mencapai ratusan tahun. Yang herannya, ia masih terlihat kokoh di tempatnya. 


Meriam Belanda

Cuaca hari ini cukup membuat cairan tubuh bercucuran keluar banyak. Namun, aku tidak patah semangat. Kuakhiri perjalanan ini dengan benteng Jepang. Ini merupakan salah satu benteng yang dibangun Jepang dari sekian banyak. Benteng ini terletak di kawasan ujung asam.

Sepertinya ada yang salah dengan kalimat yang kutulis. Tulisan bercetak tebal "Kuakhiri". Apakah itu merupakan akhir dari perjalanan hari ini? Begitu sajakah? Ikuti terus...

Thursday, September 12, 2013

Hujan

Matahari telah terbenam. Suasana kembali menjadi gelap dengan sang rembulan yang menerangi tempat tinggalku. Tik.. Tik.. Tik... Rintikan air hujan mengenai telapak tanganku. Aku pun segera memasuki kamar untuk berteduh. "Semoga cepat berhenti hujan, jadi besok aku bisa menjelajahi Sabang." doaku dalam hati.

Tak lama kemudian, hujan pun redu. Saat kondisi hujan, kebanyakan orang akan beristirahat. Namun, tidak bagiku. Entah mengapa aku merasa terus bersemangat. Walaupun begitu, aku berpikir cerdas. Aku harus beristirahat banyak karena besok akan menjadi hari yang sangat panjang. 


Terbayarkan

"Hmm... hoam.." suara keras dari mulutku yang mengartikan saatnya bangun. Kubuka perlahan-lahan kedua bola mataku. Namun, aku tak sanggup untuk membuka seluruhnya karena silaunya matahari yang menyinariku. Ternyata sudah pagi.


Tak disangka, perjalanan yang begitu panjang kini telah tepat berada di depan mataku. Aku pun turun dari bus dan mendapatkan diriku telah berdiri di pelabuhan Feri Ulee Lheue.


Semua orang terlihat sudah sangat bersemangat untuk memulai hari yang baru di Sabang. PR, ujian, projek telah dilupakan dan dibuang jauh-jauh ke dalam lautan untuk sejenak. "Saatnya untuk bersenang-senang." gumamku dalam hati.


Perjalanan menuju ke Sabang memakan waktu sekitar 30 menit. Bagiku itu hanya sepersekian detik. Angin laut menghelai rambutku. Hal seperti ini jarang dapat kurasakan namun sekarang aku dapat merasakannya bersama dengan teman-temanku. Pertama kali menginjakkan kakiku di Sabang, rasa haru dan suara riang gembira dari teman-temanku pun terdengar. Tidak terdengar seperti suara namun lebih tepatnya jeritan kegirangan. Setiba di Sabang, ada beberapa mobil yang berjejer di depan untuk menjemput kami. Seperti layaknya presiden yang berkunjung. Hahaha...

Tentu saja, kami langsung dibawa ke penginapan. Jalannya yang begitu mulus, angin yang berhembus pelan, terdengar suara ombak pantai. Itulah yang dapat kudeskripsikan tentang Sabang. Siapa yang tidak betah tinggal di sini? Semuanya terasa begitu tenang, damai, dan nyaman. Tak diragukan lagi, keindahan Sabang.


45 menit pun berlalu, Iboih Inn itulah nama tempat kami akan tinggal 4 hari kedepan. Nuansa tempat tinggalku sangat cocok dengan suasana pantai. Rumah panggung yang berwarna-warni dilengkapi dengan fasilitas yang cukup membuatku ingin tinggal lebih lama lagi.


Tak disangka selama satu bulan telah diperdebatkan rencana ke Sabang, jerih payah kami pun terbayarkan. Harga yang betul-betul tak dapat diperkirakan banyaknya dan bentuknya.

Di pantai Iboih


Akhirnya...

Hari yang penuh tantangan. Pagi ini telah kujalani dengan berbagai macam hal terjadi. Namun, tekad ku untuk meluapkan emosi yang sedang menguap ini terhapuskan di lubuk hatiku yang dalam. Ku terus membayangkan apa yang akan kualami 4 hari ke depannya.


"Tak Sabar." 2 kata tersebut terus mencuat-cuat di benakku. Mengapa tidak? Setelah mengalami proses yang cukup sulit dan lama, akhirnya, Sabang menjadi tujuan fieldtrip terakhirku.



Kujejakkan kakiku di sekolah bersiap untuk berangkat. Rasa sedih dan senang pun menghampiriku. Sedih karena salah satu anggota kelompokku tidak dapat pergi. Sambil menunggu satu per satu teman ku datang, kucurahkan cerita ku dalam sebuah blog. Satu per satu pun datang. Saatnya untuk berangkat menuju Banda Aceh terlebih dahulu dengan menggunakan bus PMTOH. 



Bulan mulai menampakkan dirinya. 1 jam, 2 jam, 3 jam telah berlalu. Namun, mengapa masih tak terlihat tempat itu? Kesabaranku ini memang tak dapat kupendam lagi.


Tanpa terasa, mataku mulai menyuruhku untuk beristirahat. Sebelum kupejamkan, aku melihat sekeliling dan ternyata seluruh teman-temanku telah masuk ke alam mimpi. Dengan pasrah, ku mulai memejamkan mata dan merilekskan tubuh.



"Setelah kubuka mataku nanti, pemandangan yang indah akan terlihat." pikiran tersebut pun muncul.